Laki-laki sebagai pemimpin?
Saya menulis postingan ini supaya perempuan bisa lebih fleksibel kalau ada hal-hal sebagai berikut:
kok laki-laki diutamakan jadi pemimpin
tidak adil kenapa kok harus laki-laki
Saya ingin mengingat-ingat lagi di dalam BEM. Ketika itu ada kawan saya wanita kemudian protes kepada saya, pada saat itu kami menjadi peserta dalam sebuah rapat bem dan saat itu adalah topik yang menjelaskan hak ekslusif yang diberikan kepada laki-laki pada suatu kepengurusan. Dia bertanya, “kenapa sih kok selalu laki-laki yang menjadi pemimpin? Kapan perempuan memulai sesuatu?”
Saya ingat pada waktu itu saya jawab: “Kalau sudah berkeluarga nanti, kalau laki-laki tidak pernah didorong maju untuk jadi pemimpin, kamu mau jadi pemimpin dalam keluarga?”. Kemudian kawan saya itu diam menggerutu di belakang.
Bagi kawan-kawan yang mendukung ide feminisme, mungkin pendapat saya ini sangat anti-wanita ya? Sangat menolak ide emansipasi wanita. Namun kalau boleh saya berdalih saya akan menjelaskan kondisi sosio-kultural yang terjadi pada saat itu: banyak sekali laki-laki di jaman ini yang menolak peran menjadi pemimpin atas dasar ‘emansipasi’, laki-laki di kampus saya waktu itu cenderung lebih suka untuk enaknya sendiri... ketika wanita menjadi pemimpin mereka tidak akan dengan serius mendengarkan instruksi dan ambil peran-kosong yang ada. Sehingga cewek-cewek bekerja lebih berat daripada laki-laki.
Kartini membuat kita menyadari bahwa wanita tidak hanya menjadi ‘rahim’ di rumah. Saya menyetujui ide tersebut dalam batasan perempuan tidak kemudian melewati batas dan kemudian merebut sepenuhnya peran laki-laki yang telah ditetapkan oleh hukum alam.
pergerakan dari perempuan yang tidak berpikir menjadi pemikir dan belajar itu oke
pergerakan dari perempuan yang kemudian ikut bekerja supaya tidak bosan di rumah itu oke
namun seperti yang baru-baru laki-laki di suruh hamil, atas dasar ingin merasakan itu yang absurd.
Laki-laki pada jaman ini, jaman yang kata ‘emansipasi wanita’ menjadi alasan untuk malas harus didorong menjadi pemimpin. Diberi resiko untuk mengalami pengalaman tapal batas: antara hidup dan mati / malu atau maju. Mungkin ini sebuah antitesis aja dari ‘Perempuan yg harus menjadi pemimpin’ Hehehe...
kok laki-laki diutamakan jadi pemimpin
tidak adil kenapa kok harus laki-laki
![]() |
Cewek Vs Cowok | sumber |
Saya ingin mengingat-ingat lagi di dalam BEM. Ketika itu ada kawan saya wanita kemudian protes kepada saya, pada saat itu kami menjadi peserta dalam sebuah rapat bem dan saat itu adalah topik yang menjelaskan hak ekslusif yang diberikan kepada laki-laki pada suatu kepengurusan. Dia bertanya, “kenapa sih kok selalu laki-laki yang menjadi pemimpin? Kapan perempuan memulai sesuatu?”
Saya ingat pada waktu itu saya jawab: “Kalau sudah berkeluarga nanti, kalau laki-laki tidak pernah didorong maju untuk jadi pemimpin, kamu mau jadi pemimpin dalam keluarga?”. Kemudian kawan saya itu diam menggerutu di belakang.
Bagi kawan-kawan yang mendukung ide feminisme, mungkin pendapat saya ini sangat anti-wanita ya? Sangat menolak ide emansipasi wanita. Namun kalau boleh saya berdalih saya akan menjelaskan kondisi sosio-kultural yang terjadi pada saat itu: banyak sekali laki-laki di jaman ini yang menolak peran menjadi pemimpin atas dasar ‘emansipasi’, laki-laki di kampus saya waktu itu cenderung lebih suka untuk enaknya sendiri... ketika wanita menjadi pemimpin mereka tidak akan dengan serius mendengarkan instruksi dan ambil peran-kosong yang ada. Sehingga cewek-cewek bekerja lebih berat daripada laki-laki.
Namun saya sadar tidak semua wanita bisa diperalat seperti itu, bahkan saya dulu punya kawan wanita, berposisi sebagai bendahara dalam organisasi, yang lebih ngeri dan sulit dihadapi daripada preman bertato. “Aiya....”
Kartini membuat kita menyadari bahwa wanita tidak hanya menjadi ‘rahim’ di rumah. Saya menyetujui ide tersebut dalam batasan perempuan tidak kemudian melewati batas dan kemudian merebut sepenuhnya peran laki-laki yang telah ditetapkan oleh hukum alam.
pergerakan dari perempuan yang tidak berpikir menjadi pemikir dan belajar itu oke
pergerakan dari perempuan yang kemudian ikut bekerja supaya tidak bosan di rumah itu oke
namun seperti yang baru-baru laki-laki di suruh hamil, atas dasar ingin merasakan itu yang absurd.
Laki-laki pada jaman ini, jaman yang kata ‘emansipasi wanita’ menjadi alasan untuk malas harus didorong menjadi pemimpin. Diberi resiko untuk mengalami pengalaman tapal batas: antara hidup dan mati / malu atau maju. Mungkin ini sebuah antitesis aja dari ‘Perempuan yg harus menjadi pemimpin’ Hehehe...
Komentar
Posting Komentar